Alexis: Antara Anies dan Ahok

Alexis: Antara Anies dan Ahok
mutiaranews - Oleh : Hersubeno Arief

Keputusan Gubernur DKI Jakarta Anies R Baswedan membatalkan izin hotel Alexis yang pernah disebut Ahok sebagai “surga dunia,” membuat banyak kalangan kaget, sekaligus kecewa.

Kaget, karena mereka tidak menyangka Anies bakal berani melakukan sesuatu yang tidak pernah berani dilakukan oleh Ahok apalagi Djarot. Kecewa, karena framing yang mereka coba jejalkan melalui para pengamat dan media bahwa Anies adalah gubernur yang lemah, tidak tegas seperti Ahok, ternyata dengan segera, langsung terbantahkan.

Bukan hanya Alexis yang dibatalkan Anies. Cerita tentang pulau reklamasi tampaknya akan bernasib sama. Lobi politik, kekuasaan dan uang, tekanan dari pemerintah pusat yang dilakukan oleh Menko Maritim Luhut Panjaitan, dan sindiran Presiden Jokowi soal perlunya kepastian hukum bagi dunia usaha, tidak membuat Anies-Sandi goyah.

Dua serangkai Anies-Sandi dengan tegas menyatakan tidak akan memberi izin Reklamasi 14 pulau yang belum dibangun. Sementara untuk yang telah telanjur dibangun –Pulau C, D, dan G – tetap dilanjutkan, karena tidak mungkin dibongkar, namun pemanfaatannya bukan untuk tujuan komersial.

Alexis dan Reklamasi merupakan pertaruhan besar bagi Anies-Sandi. Pembatalan Reklamasi bahkan termasuk bagian dari 23 janji kampanye yang harus dipenuhi. Melihat banyaknya kepentingan dan keterlibatan para taipan besar di Alexis dan Reklamasi, banyak yang meragukan Anies-Sandi bakal berani mengeksekusinya. Ahok saja tidak berani, konon pula Anies-Sandi.

Para pembenci (haters) Anies-Sandi sejak awal menggoreng habis, Alexis dan Reklamasi. Mereka melihat hal itu sebagai peluang besar untuk menjatuhkan kredibilitas keduanya.

Bila Anies-Sandi tidak berani mengeksekusi, maka absahlah tudingan mereka bahwa Anies-Sandi adalah pasangan gubernur-wakil gubernur yang lemah. Tidak seperti Ahok yang tegas dan berani bertindak. Diferensiasi inilah yang sejak awal coba dijejalkan dalam memori kolektif publik.

Sikap tegas Anies-Sandi yang membatalkan Alexis dan menyusul pulau reklamasi, membuatnya semuanya menjadi gamblang. “Nyali itu beda dengan nyaring.” Bersuara keras, berteriak dan memaki-maki warga, tukang nantangin, kalau kata orang Betawi, bukan berarti dia seorang pemberani yang bernyali. “Tegas, itu tidak sama dengan telengas.”

Semena-mena terhadap rakyat kecil, tetapi lemah di hadapan para taipan, bukanlah sifat yang tegas. Itu sifat yang telengas, kejam.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.